Interest


Kumpulan Fanfiction


BABY, IT’S YOU
Part I
Oleh: Siska Sri Wulandari
Sepertinya akan ada tetangga baru yang mengisi rumah sebelah yang sudah satu bulan ditinggal oleh keluarga Han pindah ke China. Tiba-tiba seseorang turun dari sebuah sedan. Seketika aku merasa aliran darahku terhenti untuk sesaat. Aku mengucek-ngucek mataku untuk memastikan bahwa tidak ada yang salah dari penglihatanku. Tapi nyatanya memang tidak ada yang salah. Laki-laki yang baru saja turun dari sedan tersebut memang benar-benar orang yang aku kenal. Segera kusibakkan tirai jendela kamarku dan mengunci pintu rapat-rapat. Jangan sampai ibu menyuruhku datang kerumah mereka untuk menyambut kedatangannya.
            Pukul 16.00, jadwal rutinku bersepeda berkeliling kompleks. Tapi tidak untuk hari ini, bahkan mungkin seterusnya. Walaupun aku tidak bisa terus-terusan bersembunyi, karena bagaimanapun pada akhirnya akan ketahuan juga. Tapi setidaknya aku bisa mengatur terlebih dahulu bagaimana cara terbaik untuk menampakkan diriku pada laki-laki tersebut. Tiba-tiba terdengar suara ibu memanggil dari bawah. Aku segera keluar kamar dan bergegas turun, namun tiba-tiba langkahku terhenti di depan tangga ketika melihat seseorang yang sedang duduk di ruang tamu. Dengan sigap aku segera menyembunyikan diriku sebelum ada yang melihat. Terdengar kembali suara teriakan ibu yang menyuruhku untuk segera turun. Dengan perlahan aku berjalan menuju ke kamar, namun tragis, malang menimpaku. Satu hal yang bisa kupetik dari kesialanku ini adalah jangan pernah berusaha membohongi orang tua terutama ibumu, karena pasti kita akan memdapatkan musibah. Alhasil, aku menjadi pusat perhatian. Semua tamu-tamuku yang tak lain adalah tetangga baru tersebut melihatku.Ibu hanya bisa melihatku sambil menggeleng-gelengkan kepala. Pasangan suami istri tetangga baru tersebut melihatku dengan tatapan penuh keprihatinan, seolah-olah aku seperti korban bencana alam, padahal aku hanya tersandung meja disamping tangga yang membuatku terjerembab dan dengan sukses membuat kakiku kesakitan. Dan laki-laki yang paling ingin aku hindari tersebut terus menatapku seolah-olah mengenal diriku. Ya, tentu saja dia mengenalku, begitu juga aku. Tidak mungkin aku melupakannya. Karena masih ada benda berhargaku yang tetap kutinggal padanya tanpa Ia tahu bahwa aku belum mengambilnya meski Ia sudah mengembalikannya dengan menyisakan luka yang belum bisa terobati sampai sekarang.
            Kemudian, laki-laki itu berjalan menghampiriku, aku hanya berharap tiba-tiba Ia mengalami amnesia. Namun sayang, itu mustahil. Satu hal lagi yang bisa kupetik dari kebodohanku ini adalah jangan terlalu sering membaca komik, karena itu akan membuat khayalanku tidak terkendali sehingga membuatku tidak bisa membedakan dunia nyata dan khayalan.
“Kau tidak apa-apa Jihyi?”, katanya sembari membantuku berdiri. Aku hanya bisa mengangguk dan mengisyaratkan bahwa aku ingin segera kembali ke kamar. Untuk sesaat aku seperti mengalami kebisuan sementara. Namun laki-laki itu tetap memapahku turun untuk bergabung bersama mereka.
 “Kalian sudah saling mengenal?” Tanya ibuku.
“Belum”
“Sudah”, jawab kami berdua berbarengan. Kami langsung beradu pandang, namun aku segera mengalihkan pandanganku.
Sedangkan ibu dan orang tuanya hanya menatap kami aneh.
“Aku tidak menyangka bahwa setelah kita lulus kamu pindah ke sini juga.” Serunya seraya tersenyum padaku. Sedangkan aku hanya bisa menatapnya datar berharap bisa melakban mulutnya.
“Kalian teman SMP?” Tanya ibuku ingin tahu.
Iya, bahkan lebih dari teman, kami dulu pernah,” belum sempat ia melanjutkan kata-katanya aku memotongnya.
”Ibu, bukankah seharusnya ibu sudah mulai masak makan malam,?” ujarku pada ibu.
”Oh, iya, ya, ibu lupa kalau ini sudah sore. Dan tanpa basa-basi lagi keluarga tersebut segera enyah dari rumahku setelah aku berhasil mengusir mereka secara halus.
***
            SMA Busan…
            Langit tampak begitu cerah, sang mentari terlihat begitu gagah di atas sana. Tapi tidak dengan suasana hatiku. Kejadian semalam masih mengganjal di hatiku. Firasatku mengatakan bahwa kejadian semalam hanyalah awal dari masalah besar yang akan segera menimpaku.
            Dua orang laki-laki mencegatku di koridor. Woooow!!!, tidak kusangka dua makhluk tampan yang paling diidolakan seantero sekolah tersebut kini sedang berdiri di hadapanku. Dua makhluk yang ketika kita baru menyebut namanya saja akan berhasil membuat gadis-gadis di seantero sekolah berteriak histeris seperti baru saja menang undian.
“kau, Oh Jihyi kan?” Tanya Young Saeng, senior kelas XII yang terkenal dengan goyang mautnya, eh salah maksudku senyum mautnya. Sedangkan teman di sebelahnya Kyu Jong malah melihat sekeliling, tanpa memandangku sedikitpun. Apa aku terlalu buruk rupa hingga Ia tak mau barang hanya menatapku saja. Oh, Tuhan, salahkah aku terlahir *lebay mode on.*
Aku hanya mengangguk pelan. Kemudian Young Saeng menarik tanganku dan membawaku ke atap sekolah. Aku terkejut. Apa yang akan mereka lakukan padaku. Mulai muncul hal-hal gila di benakku. Tapi tidak mungkin, aku terlalu buruk rupa untuk bisa membuat mereka melakukan hal seperti itu. Atau mungkin mereka akan mencampakkan aku dari atap gedung karena aku telah membuat kesalahan pada mereka. Tapi itu tidak mungkin karena ini kali pertama aku bicara langsung dengan mereka. Walaupun satu sekolah, kami berbeda kasta. Mereka berada di kasta tertinggi yang menjadikan mereka Raja yang dipuja-puja oleh orang-orang seantero sekolah, sedangkan aku hanya rakyat jelata yang sudah bahagia ketika hanya menginjak bekas langkah mereka.“
            “kau mantan Park Jung Min kan?”
Ya, Tuhan, apa selama ini Young Saeng suka padaku sehingga Ia tahu masa laluku. Padahal aku baru mengenalnya ketika di bangku SMA. Sedangkan hubunganku dengan Jung Min terjalin ketika kami masih SMP. Namun perkataan Young Saeng selanjutnya mampu menghancurkan semua khayalan indahku menjadi mimpi buruk. Apa!!! Jung Min sekolah disini juga. Ya ampun, apa dosaku terlalu banyak sehingga Engkau menghukumku dengan cara seperti ini Tuhan. Menjadikan Jung Min sebagai tetanggaku saja sudah membuatku spot jantung apalagi harus satu sekolah dengannya. Dalam dua minggu mungkin aku hanya tinggal nama saja.
            Tidak mungkin aku melakukan yang di perintahkan Saengi oppa. Hal itu terlalu mustahil untuk aku lakukan. Aku masih sangat mencintainya jadi tidak mungkin aku bisa menyakitinya. Lagipula aku masih tidak percaya kalau Jung Minku adalah seorang play boy. Karena bagiku sampai sekarang dia adalah laki-laki terbaikku.
Bruuukk, lagi-lagi karena kecerobohanku aku terjerembab di depan perpustakaan. “Hah, bisa-bisanya ada kursi di tempat seperti ini” gerutuku pada si kursi yang jelas-jelas tidak bersalah, karena memang sejak awal letaknya memang di situ. Aku memungut handphoneku yang terbanting cukup jauh dari tempat aku terjerembab. Tiba-tiba mataku menangkap sesosok laki-laki yang aku kenal di dalam perpustakaan. Park Jung Min!!! Oh god, Hah, rasanya aku ingin segera mengungsi ke planet mars, karena bagiku dampak terlalu sering bertemu dengannya akan lebih berbahaya dibandingkan dampak Global Warming. Ketika Jung Min melihatku, segera aku mengambil langkah seribu. Namun lagi-lagi aku menabrak sesuatu, lebih tepatnya seseorang. Dan ternyata yang aku tabrak Kyu oppa yang sepertinya sangat alergi kepadaku. Aku tersenyum seperti iklan pepsodent.”Mianhe,” kataku perlahan sambil mengambil ancang-ancang untuk lari karena Jung Min akan segera menghampiriku. Tepat ketika Jung Min sampai di daun pintu aku segera lari tanpa arah. Yang penting aku tidak ditemukan oleh makhluk bernama Jung Min tersebut. Tapi yang sedikit membuatku tergelitik adalah ekspresi kak Kyu jong saat aku tabrak tadi. Wajahnya bersemu merah.
***
            Bel masuk berbunyi. Aku segera masuk kelas. Terlihat makhluk cantik di sebelah tempat dudukku sedang tertidur. “Pasti Gyuri terlalu lelah. Mungkin semalam Ia bekerja sampai larut malam lagi,”gumamku. Aku membiarkannya tidur, dan membangunkannya ketika Pak Ji Sung masuk ke dalam kelas.
            Usai pelajaran, Gyuri mengajakku ke kantin, namun aku menolaknya dengan alasan belum merasa lapar. Padahal cacing-cacing di perutku sudah berkonser ria. Tapi aku tidak mau sampai Jung Min menemukanku. Alasanku tidak mau bertemu dengannya karena aku tidak tahu aku harus bersikap seperti apa dihadapannya karena jujur, aku masih sangat mencintainya.
            Akhirnya aku selamat sampai rumah tanpa ketahuan oleh Jung Min. Rumah sangat lengang. Sepertinya ibu sedang bergosip dengan para tetangga. Setelah selesai mandi aku meraih handphoneku di atas meja belajar. Ada sebuah sms dari nomor yang tidak kukenal.”Apakah kau sudah memutuskannya? Ingat waktumu hanya 24 jam. HEO YOUNG SAENG.” Haaah, ternyata sms dari oppa tampan itu. Sebenarnya aku senang karena akhirnya ada juga laki-laki tampan yang mengirimiku sms, tapi yang aku sesalkan adalah isinya. Ternyata makhluk tampan yang berwujud malaikat di hadapan para gadis itu bisa juga mengancam. Pikiranku melayang ketika kami di atap sekolah. Saengi oppa memintaku untuk membuat Jung Min kembali jatuh cinta padaku, setelah itu aku harus mencampakkannya seperti Jung Min mencampakkan adiknya. Ya, Ia ingin aku balas dendam untuk adiknya. Bisa saja aku menolaknya. Tapi ternyata lagi-lagi ia tahu tentang aku, lebih tepatnya kesalahanku. Seharusnya aku bangga karena kegiatanku pernah telihat oleh oppa Saengi, berarti dia pernah melihatku di sekolah, maklum aku ini tidak terlalu terkenal di sekolah. Walaupun aku berteman baik dengan Gyuri, namun ketenarannya sebagai artis tidak pernah sedikitpun terciprat kepadaku. Saengi melihatku mengempeskan ban mobil pak Ji Sung. Saat itu aku sangat kesal dengan guru killer itu karena menghukumku tidak boleh masuk kelas sampai pelajarannya usai. Padahal aku hanya telat 30 detik, ingat 30 detik itu artinya hanya setengah menit. Tidak hanya itu ia juga menyuruhku membersihkan seluruh taman sepulang sekolah. Hanya 30 detik aku terlambat tapi ia menghukumku seolah aku seorang kriminal besar. Kalau Pak Ji Sung mengetahui itu bisa-bisa ia memenggal kepalaku dan menjadikan potongan kepalaku sebagai hiasan di ruangannya. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidak membalas sms saengi oppa.
            Mulutku sepertinya tidak bisa tertutup lagi. Setelah sekian lama aku membukanya, aku merasa gigiku telah kering. Ya Tuhan, benarkah aku masih di bumi? Atau mungkin aku sudah di neraka? Kenapa hari-hariku terasa begitu berat dan menyesakkan sejak aku bertetangga dengan cinta pertamaku Park Jung Min. Di dalam mobil aku diam saja. Akhrinya Jung Min membuka pembicaraan. “Kenapa kau selalu menghindar setiap melihatku?” Tanya Jung Min sambil menatapku. Haaah, hampir saja aku pingsan melihat matanya.
“A-aku tidak pernah menghindarimu, jawabku terbata.
“Jelas-jelas kau semalam lari ketika aku akan menghampirimu di depan perpustakaan.”
“Haah, itu tidak benar, saat itu perutku tiba-tiba mules, jadi aku tergesa-gesa pergi ke toilet.” “Aku fikir kau sengaja menghindariku, maaf telah berprasangka buruk padamu.”
Aku hanya tersenyum kecut. “Tidak, kau benar Jung Min, aku memang menghindarimu.” Gumamku.
            Aku berpisah dengan Jung Min di koridor. Kelas kami berada di gedung yang berbeda, hal ini sedikit menguntungkanku. Tiba-tiba terdengar suara seseorang berdehem di belakangku. Ketika aku menoleh ternyata duo tampan itu. Pasti mereka mau meminta jawabanku aas permintaan mereka.
“Sepertinya aku sudah tau jawabanmu.”kata Saengi oppa datar.
“Hehe, ini tidak seperti yang kakak fikirkan, tadi ibuku yang menyuruh kami berangkat bersama karena,”
“karena kalian bertetangga? Sambung saengi oppa. “Bukankah hal itu akan mempermudahmu.Ya sudah kalau kau tidak mau, siap-siap saja kau dihukum oleh pak Ji Sung seumur hidupmu.” Sambung saengi sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mungkin saat itu jarak kami hanya 1 cm. Kyaaaa, dari dekat ternyata ia 1000x lebih tampan. Aku hanya menunduk lemas seraya berkata ”tapi aku tidak tau caranya oppa.”
“Tenang saja semuanya biar kami yang mengatur” jawab Saengi oppa sambil meninggalkanku pergi. Dari kejahuan aku melihat Kyu oppa berbalik badan dan melihatku, tapi ketika aku membalas tatapannya ia malah membuang muka.
***

 
Part II
Baby It’s You
Siska Sri Wulandari

            Hari ini diadakan pertandingan basket di sekolah. Dari dulu aku tidak pernah tertarik menonton pertandingan basket. Namun kali ini dengan terpaksa aku harus duduk manis menonton pertandingan basket yang tentunya bintang lapangannya adalah Saengi dan Kyu oppa. Yang lebih parahnya lagi, entah bagaimana caranya mereka mengatur agar aku dan Jung Min duduk bersebelahan.
            Pertandingan semakin memanas. Peluh yang bercucuran dari Saengi dan Kyu oppa membuat gadis-gadis di lapangan berteriak histeris seperti kerasukan. Tiba-tiba HPku bergetar, menandakan  ada sms yang masuk. Ternyata dari Hyung Joon oppa, salah satu mahasiswa magang di perusahaan tempat ayah bekerja. Aku segera berdiri ketika membaca isi sms tersebut, namun tiba-tiba sebuah bola basket melesat cepat menghantam kepalaku. Awalnya sedikit pusing, sedetik kemudian aku merasa penglihatanku jadi kabur, dua detik kemudian aku melihat semua orang disana menjadi semakin banyak dan pada detik ketiga semuanya menjadi gelap.
            Pusing sekali rasanya saat aku mencoba untuk membuka mata. Aku melihat Jung Min sedang berdiri di sampingku. Aku melihat sekeliling dan ternyata sekarang aku sedang berada di UKS. Aku berusaha bangkit, Jung Min yang melihatku langsung membantuku untuk duduk di atas kasur.

“Bagaimana keadaanmu?” Tanya Jung Min sambil mengambil kursi dan duduk di sebelahku.
“Masih sedikit pusing,” jawabku sambil memegang kepalaku. “Oh ya, di mana HPku?” tanyaku padanya.
“Ini,” Jung Min menyerahkan HPku.
“Aku tidak menyangka ternyata kau masih menjadikannya wallpaper HPmu.” Ujar Jung Min sambil tersenyum padaku.
“Apa maksudmu? “ tanyaku bingung.
“Foto saat kencan pertama kita.” Jawab Jung Min lagi.
Aku terperangah. Kenapa Jung Min berkata seperti itu. Seingatku foto Hyun joong oppalah yang aku pampang menjadi wallpaperku. Atau mungkin ini merupakan bagian dari rencana Kyu dan Saengi oppa setelah sengaja membuatku pingsan agar aku bisa berduan dengan Jung Min dan sekarang mereka sengaja memanipulasi seolah-olah aku masih sangat mencintai Jung Min. Walaupun pada kenyataannya memang begitu, tapi aku tidak ingin Jung Min sampai mengetahuinya. Dasar pasangan iblis, gerutuku dalam hati.
“Hhmmb, apa kau masih mengharapkanku?” Tanya Jung Min lagi.
Aku diam, tidak tahu mau menjawab apa. Kalau aku bilang iya, itu sama saja aku menggali kuburanku sendiri. Tapi kalau aku mengatakan tidak itu berarti aku menyia-nyiakan pengorbanan kepalaku yang secara bringas sengaja ditimpuk oleh Saengi oppa.
“bagaimana kalau iya,” jawabku dengan nada sedikit menggodanya.
“Haha, kau pasti bercandakan?” tawa Jung Min sambil menepuk-nepuk pundakku.
“Bukankah hal ini juga yang sering kau lakukan ketika aku sedang bersedih.” Tambahku untuk menambah kedramatisiran. Jung Min terhenyak. Dulu, waktu kami masih berstatus sebagai kekasih setiap kali aku sedang ada masalah Jung Min selalu menghiburku dengan menepuk-nepuk pundakku seraya mengatakan “bahwa semuanya akan baik-baik saja”.
“Aku harap kau tidak menganggap lebih perhatian yang aku berikan padamu. Hubungan kita sudah berakhir sejak setahun yang lalu. Aku rasa itu waktu yang cukup bagimu untuk melupakanku. “ kata Jung Min pelan bahkan hampir seperti berbisik.
“Mungkin satu tahun cukup bagimu, namun tidak bagiku.” Aku menatap Jung Min lekat-lekat. Tiba-tiba air mataku menetes tak terbendungkan lagi. Sudah kuduga aku pasti akan selalu menangis jika dihadapan Jung Min. Aku malu, aku tidak mau terlihat cengeng dan menyedihkan di hadapannya. Dan ini semua sudah di luar rencana aku dan Saengi oppa dalam misi balas dendamnya. Aku menutup mataku dengan kedua telapak tanganku. Kemudian Jung Min membenamkan kepalaku diatas dadanya yang bidang.
 “kau tau alasanku memutuskanmu, kau tau kalau aku bukan yang terbaik untukmu. Aku akan selalu menyakitimu bila terus bersamamu.” Ujar Jung Min sambil mengelus-elus rambut legamku.
“Bukankah itu hanya alasanmu saja, justru aku jauh lebih menderita bila kau meninggalkanku.” Ujarku disela-sela isak tangisku yang semakin kencang.
“Aku minta kau segera mengambil kembali cintamu yang masih kau simpan di hatiku. Ada seseorang yang lebih berhak mendapatkannya.” Jung Min melepaskan pelukannya kemudian menatapku. “Meninggalkanmu sebelum kau terluka lebih dalam adalah satu-satunya cara untuk bisa melindungimu.” Seru Jung Min sambil meninggalkanku sendiri di UKS.
            Aku merutuki diriku sendiri. Sejak awal aku sadar bahwa Jung Min tidak pernah mencintaiku. Tapi aku terus memaksanya. Bukan hanya aku yang tidak bisa Ia cintai, tapi semua gadis di dunia ini tidak ada yang bisa ia cintai selain Soomi.
            Tiba-tiba seseorang masuk kedalam UKS, ternyata Kyu oppa.
“Maaf ya, tadi Young Saeng melemparkan bola kepadamu terlalu keras, tadi dia kaget karena kau tiba-tiba berdiri dan mau meninggalkan lapangan, jadi dia mengantisipasi agar kau tidak kabur..” jelas Kyu oppa.
Aku hanya diam dan tidak mempedulikan penjelasannya. Kemudian aku melontarkan pertanyaan kepadanya yang cukup membuatnya terkejut.
“Apa yang akan kakak lakukan ketika mengetahui bahwa orang yang kakak cintai tidak pernah bisa mencintai kakak?”
“Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?” Kyu balik bertanya kepadaku.
“Aku hanya butuh seseorang yang bisa memberiku saran.” Jawabku.
“Mungkin itu menyakitkan, tapi akan lebih menyakitkan lagi jika aku tetap memaksa diriku untuk mencintainya.”
“Apa itu berarti oppa akan menyerah dan berhenti mencintainya?”
“Bukankah cinta itu tidak harus memiliki?”
Kata-kata terakhirnya itu cukup menyadarkan aku untuk behenti mencintai Jung Min. Tiba-tiba sebuah panggilan dari HPku. Ternyata dari Hyung joon oppa. Ya Tuhan aku lupa!!! Aku lupa kalau aku ada janji bertemu dengannya. Sebenarnya, aku ingin keluar ketika sedang menonton basket adalah untuk meneleponnya, tapi naas belum sempat aku meneleponnya Saengi oppa langsung menyerangku karena ia pikir aku akan kabur.
“Annyeong.” Jawabku.
“Kemana saja kau?” Tanya Hyung joon di seberang sana.
“Mianhe oppa, tadi aku pingsan karena tertimpuk bola basket pada saat menonton pertandingan basket.”
“Tapi kau baik-baik saja kan?”tanyanya lagi dengan nada sedikit khawatir.
“Iya, aku baik-baik saja, kakak tidak usah khawatir. Besok sepulang sekolah aku akan menemuimu. Kemudian percakapan kamipun berakhir.
“Siapa?, Tanya Kak Kyu sedikit menyelidik.”Pacarmu?” sambungnya lagi.
“Ahh, bukan dia seorang mahasiswa magang di Perusahaan tempat ayahku bekerja yang sudah kuanggap seperti kakak sendiri.
“Ohh.” Jawab Kyu Jong sambil tersenyum dan membantuku berdiri.
Kemudian ia mengantarkanku pulang. Setibanya di rumah aku tidak melihat mobil Jung Min di halamannya. Apa ia belum pulang. Atau mungkin dia pergi menemui gadis yang selama ini selalu menjadi bayang-bayang dalam hubungan kami dulu. Aku hanya menghela nafas panjang sambil menutup pintu mobik kak Kyu Jong.
“Apa kakak mau mampir?” tawarku pada kak Kyu Jong.
“Tidak usah. Lain kali saja.” Jawab kak Kyu Jong.
Kemudian aku segera pamit padanya. Aku terus memperhatikan kediaman Jung Min ketika berjalan masuk ke halaman, tapi tetap tidak kutemui tanda-tanda keberadaannya. Jung Min, aku merindukanmu, gumamku.
***
            Sekarang sudah menunjukkan pukul 15.00, tapi hujan masih turun dengan derasnya. Padahal aku ada janji untuk bertemu Hyung joon oppa. Aku ingin pergi ke halte, tapi aku tidak membawa payung. Tak berapa lama setelah itu munculah sosok kak Young Saeng. Sejakpagi aku belum ada melihatnya. Aku lihat ia membawa payung. Aku bersorak dalam hati, itu artinya aku bisa menumpang sampai halte. Walaupun aku tidak diberi tumpangan mobil tapi setidaknya aku bisa mendapatkan pinjaman payungnya. Tanpa menoleh kearahku dia segera melenggang meninggalkan aku dan pergi begitu saja. Ya ampun, dasar sinting. Orang segede gini masak masih pura-pura nggak liat. Karena kalap aku melemparnya dengan kerikil kecil dan tepat mengenai punggungnya. Akhirnya ia menoleh juga kearahku. Wajahnya terlihat marah seperti hendak memakanku.
“Apa!” katanya kasar
“Apa kakak tidak melihat ada aku disini?” tanyaku.
“Jangan banyak omong, katakan apa maumu!” bentaknya.
“Aku ingin menumpang di payungmu, boleh tidak?” tanyaku
“Kesini.” Perintahnya.
“Apa tidak sebaiknya kakak yang kesini,.” Pintaku memelas. Karena jarak aku dan Kak Saengi berdiri cukup jauh jadi tidak mungkin aku menerobos hujan yang sangat lebat tersebut.
“Ya, sudah aku duluan.” Kata kak Young Saeng sambil berbalik badan.
“Haah, baiklah aku yang kesana!!” teraikku sambil berlari kencang agar hujan tidak terlalu membasahi aku. Karena terlalu kencang berlari aku sampai tidak bisa mengatur lajunya dan gagal berhenti dengan baik.
“Bruuk” Aku dan kak Young Saeng terjatuh. Payung kak Saengipun terhempas jauh dan kemudian diterbangkan oleh angin. Dan yang lebih parahnya lagi saat ini posisi tubuhku tepat diatas tubuh kak Young saeng. Melihat mata sipit kak Young Saeng yang seperti mau keluar aku segera berdiri. Namun tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang melaju kencang tepat di belakangku. Hampir saja aku tertabrak kalau saja Kak Young Saeng tidak segera menolongku. Dan kini aku benar-benar tidak bisa bernafas karena tidak pernah kubayangkan sebelumnya akan dipeluk oleh kak Young Saeng, sang bintang sekolah. Kak Young saeng segera melepaskan tubuhku dan kemudian mengetok kepalaku.
“Gunakan otakmu sebaik mungkin. Gara-gara perbuatanmu payungku jadi hilang dan sekarang aku jadi basah kuyup seperti ini!” bentaknya tepat di telingaku. Belum sempat aku menjawab ia langsung menyelanya. “Tidak usah minta maaf, maafmu itu tidak akan bisa membuat payungku kembali!”
Aku hanya terdiam dan pasrah menjadi bulanannya. Kemudian ia menarik tanganku dan membawaku ke tempat mobilnya di parkir.
TO BE CONTINUED…

0 comments:

Posting Komentar